DIKALA MENTARI TAK
SEINDAH DULU
Oleh : Arum
Puspitarini
Ketika tawa yang
renyah dipecahkan oleh isak tangis yang menyedihkan
Pilu… Sendu
Yang kurasa kini
hanya hampa
Seperti kehilangan
secercah warna dan cahaya
Seperti ada tapi
nyatanya tak ada
Kita tertawa
tapi berbeda masa
Kita
terluka tapi masih bisa tersenyum bahagia
Kita
tak jauh tapi terasa jauh
Kita
masih merasa tapi seperti acuh
Bagai laut tanpa
ombak
Bagai makanan
tanpa garam
Bagai lagu tanpa musik
Semua hambar… Tak
ada yang terasa
Siang
itu nampak indah
Sebelum
petir menyambar pada malam hari
Serasa
ada yang tertarik keluar hingga membuat lemas
Airmata
tak dapat dibendung lagi
Tumpah…
seiring dengan alunan denting waktu
Adakah yang salah
antara kita?
Atau adakah yang
tak sesuai?
Dapatkah kita
mencoba memperbaikinya?
Memperbaiki apa
yang harus diperbaiki
Malam
berganti pagi sampai berganti siang
Nampaknya
mentari kini tak seindah dulu
Dulu
Ia selalu tersenyum menyambut pagiku
Ada
apa dengan mentari?
Mungkinkah senyumnya
hilang?
Bersamaan dengan hilangnya sebagian jiwa yang telah
melekat dijiwaku
Akankah jiwa itu kembali?
Mengukir cerita yang telah tergores luka
Aku rindu senyuman itu
Aku rindu manisnya saat bercanda
Aku rindu saat-saat dimana kita mengukir
cerita
Aku rindu mata yang selalu membuatku terpesona
Kembalilah…
Agar mentari kembali dengan senyum hangatnya
Agar aku dapat menyambut hadirnya
Agar aku dapat merasakan lembut sinarnya
Sinar yang selalu aku nanti setiap pagi
Kembalilah…
Agar mentari kembali seperti dulu
0 komentar:
Posting Komentar