EMBUN
Ini
adalah kisah seorang gadis berusia 17 tahun, bernama Embun. Dia adalah gadis
yang baik hati, ceria, suka menolong dan ramah. Pada suatu hari Embun jatuh
pingsan setelah olahraga. Awal mulanya karena Ia sakit perut. Lalu Ia dibawa ke
UKS untuk istirahat. Embun adalah anak bungsu, Ia memiliki kakak laki-laki
bernama Rama. Mereka berdua bisa dibilang cukup akur, Rama sangat menyayangi
Embun. Suatu hari…
“Kak Rama,
akhir-akhir ini kok Embun sering banget saking perut ya? Abis itu pingsan.”
Kata Embun
“Perasaan
kamu doing kali dek, makanya sarapan.” Jawab Rama
“Ih kakak mah, Embun serius. Kan
setiap hari Embun sarapan, ke sekolah juga bawa bekel kan.” Rengek Embun
“Yaudah
sana bilang ke Mama biar periksa ke dokter.” Kata Rama
“Iya
deh nanti sore Embun ke dokter ajak Mama.” Kata Embun
Pada
sore harinya…
“Mamaaaa
ayo berangkat.” Kata Embun
“Iya
Embun sebentar Mama kan lagi dandan.” Sahut Mama
“Ih
Mama ganjen ke dokter aja segala dandan, bilangin ke Papa nih. Hihi” Ledek Embun
“Yeh nanti kan sekalian kita
jalan-jalan, emang Embun ga mau jalan-jalan sama Mama?” Kata Mama
“Mau
lah Ma, apalagi dijajanin banyak. Hehe” Kata Embun
“Dasar
kamu, yaudah ayo berangkat.” Ajak Mama
Sepanjang
perjalanan Embun banyak bercerita tentang sekolahnya kepada Mamanya. Mamanya
Embun adalah seorang Manager suatu perusahaan. Sedangkan Ayahnya Embun adalah
seorang Direktur disebuah perusahaan. Dari segi ekonomi Embun termasuk gadis
yang beruntung karena keperluaannya hampir semuanya bisa terpenuhi. Setelah
berkendara selama 1 jam, akhirnya Embun sampai disebuah Rumah Sakit ternama di
Jakarta. Setelah diperiksa Embun menunggu diluar. Lalu setelah itu…
“Orangtua
dari Embun?” Panggil suster
“Iya
suster.” Sahut Mamanya Embun
Mamanya
Embun masuk ke dalam ruangan dokter, setelah 30 menit berbincang dengan dokter.
Mamanya Embun keluar dengan kondisi lemas. Beliau menangis sedih.
“Mama
kenapa?” Tanya Embun
“Gapapa
sayang.” Jawab Mama
“Mama
ga mungkin ga kenapa-napa. Buktinya Mama nangis gitu.”
“Embun
maafin Mama ya.” Kata Mama sambil memeluk Embun
“Maaf
kenapa Ma? Cerita dong.”
“Maafin
Mama ga bisa jagain Embun baik-baik.” Kata Mama
“Ih
Mama ngomong apa sih? Mama tuh selalu jagain Embun tau.”
“Embun
sayang harus kuat ya nak.”
“Ih
Mama kenapa sih? Emang Embun sakit apa?”
“Embun….
Embun sakit kanker Pankreas.” Kata Mama sambil memeluk erat Embun
“Embun
kena kanker Ma?” Tanya Embun dengan muka sedih
“Iya
Embun, maafin Mama ya ga bisa jagain Embun.”
“Udah ya Ma, Mama jangan sedih
jangan nangis. Embun gapapa kok. Mama ga salah. Ini semua udah takdir Tuhan Ma,
udah ya Mama nanti cantiknya ilang loh.” Kata Embun
“Embun
ga sedih?” Tanya Mama
“Sedih sih tapi buat apa? Semua
kan udah takdir. Ma, Embun laper mending kita makan terus belanja abis itu
beliin Embun es krim deh. Hihihi yuk ah.” Ajak Embun
Embun
sangat terpukul mendengar tentang penyakitnya, tapi Ia berusaha untuk tidak
memperlihatkan kesedihannya. Dia selalu ceria tanpa terlihat beban yang sedang
Ia pikul. Pada suatu hari ada tetangga baru disebelah rumah Embun. Namanya
Anto, bisa dibilang secara fisik Anto adalah idaman wanita. Anto dan Embun
sudah saling berkenalan. Tak jarang mereka bermain bersama, untuk bersepeda
atau sekedar mencari makan diluar. Anto juga masuk disekolah yang sama dengan
Embun.
Tak
terasa sudah setahun terlewati oleh Embun. Embun bersyukur masih bisa
melewatkan satu tahun bersama orang-orang yang sangat Ia sayangi. Pada suatu
malam saat kumpul keluarga…
“Ma,
Pa, Kak Rama Embun mau nanya dong.” Kata Embun
“Nanya
apa sayang?” Tanya Papa lembut
“Kalo
Embun punya pacar boleh ga?” Tanya Embun
“Hahaha
gitu aja pake nanya sih dek.” Ledek Kak Rama
“Ramaaaa, adeknya kan lagi
nanya. Boleh kok sayang. Emang Embun lagi naksir cowok?” Kata Mama
“Iya Ma, Embun suka sama Anto.
Anto juga bilang suka sama Embun. Tapi Embun bilang kalo mau ngajak pacaran
Embun ga mau dia ngomong lewat sms maunya langsung. Hehe” Kata Embun
“Yaudah
asal Embun seneng ya gapapa.” Kata Mama
“Asiiiiiiik makasih Mama Papa
Kak Rama. Aku sayang kalian semua.” Kata Embun sambil memeluk keluarga
kecilnya.
Keesokan
harinya, setelah pulang sekolah Anto mengajak Embun untuk pergi ke taman.
Disana mereka duduk sambil makan es krim.
“Mbun, aku mau
ngomong nih masalah yang kemarin.” Kata Anto
“Ngomong aja, aku
dengerin kok.” Jawab Embun
“Kamu mau ga
jadi pacar aku?”
“Sebelumnya aku
mau nanya dulu nih sama kamu.”
“Nanya apa
Mbun?”
“Kamu beneran
mau pacaran sama aku? Ga nyesel? Emang kamu sayang sama aku?”
“Yaampun Embun,
yaiyalah kalo aku ga sayang mana mungkin aku mau kamu jadi pacar aku.”
“Anto, aku
sekarat. Aku sakit kanker Pankreas. Apa kamu ga malu pacaran sama aku?”
“Mbun, aku
sayang sama kamu tulus dari hati aku ga peduli kamu sakit atau engga. Mbun,
sebelum kamu bilang ini. Mama kamu udah sering bilang setiap kali aku mau ajak
kamu jalan.”
“Kalo gitu aku
terima kamu. Tapi kamu harus janji ga akan sakitin aku ya.”
“Iya Mbun.” Kata
Anto sambil mencubit pipi Embun
Hari demi hari
sudah dilewati, tidak terasa Embun kini sudah lulus SMA. Embun diterima di Perguruan
Tinggi Negeri di daerah Jakarta. Sedangkan Anto diterima di PTN di daerah
Bandung. Mereka menjalani hubungan jarak jauh, tapi tetap masih saling
berkomunikasi. Pada suatu malam, Embun menangis di dalam kamarnya. Mama yang
tidak sengaja mendengar, masuk kedalam kamar Embun.
“Mbun, Embun
kenapa?” Tanya Mama lembut
“Gapapa kok Ma.”
Jawab Embun
“Embun ga boleh
bohong.”
“Embun emang ga
pernah bisa bohong ya sama Mama.”
“Namanya juga
anak Mama, ayo dong cerita ke Mama.” Bujuk Mama
“Ma, Embun
sedih. Tadi Embun abis Video Call sama Anto. Disana Anto lagi main sama
temennya tapi kebanyakan cewek Ma.”
“Embun kenapa
sedih? Kalo Embun yakin Anto sayang sama Embun yaEmbun ga usah sedih.”
“Bukan itu
masalahnya Ma. Embun takut kalo suatu saat Embun harus pergi Anto bakal lebih
cepet ngelupain Embun.”
“Kok Embun bisa
ngomong gitu?”
“Ma, umur ga ada
yang tau kan? Embun masih bisa bertahan sampai sekarang aja itu udah
bersyukur.”
“Embun sekarang
bobo ya udah malem. Good night sayang.” Kata Mama sambil mencium kening Embun
Esok paginya
Embun memutuskan untuk tidak berangkat kuliah. Embun pergi mencari bahan
pakaian. Embun belanja banyak sekali. Mulai dari bahan pakaian, makanan, dan
barang-barang lainnya. Setelah itu Embun pergi ke tukang jahit dan meninggalkan
bahan-bahan itu disana. Selebihnya belanjaannya Ia bawa pulang kerumah. Sampai
dirumah…
“Yaampun non,
banyak banget bawaannya.” Kata Mbok Inah
“Iya Mbok, hehe.
Mbok, tolong ambil kebaya yg di mobil deh.”
“Ini non
kebayanya.”
“Nah iya itu
buat mbok ya dipake loh kalo ada acara.”
“non Embun
beneran ini buat mbok?”
“Bener lah mbok.
Udah ya Embun mau masuk dulu.”
“Makasih ya
non.”
Setelah selesai
merapikan semua barang belanjaannya, Embun tertidur karena lelah. Sampai hari
mulai pagi lagi. Embun bergegas mandi dan kembali membawa barang belanjaannya.
Seperti biasa sebelum melakukan aktifitas, Embun memberitahu Anto.
Kali ini Embun
pergi ke kampus, Ia menemui beberapa teman baiknya. Satu per satu teman
terbaiknya diberikan barang yang sudah Embun bawa. Setelah itu Embun bergegas
pergi ke Panti Asuhan disana Ia berbagi keceriaan bersama anak-anak yatim
piatu. Kemudian ke Panti Jompo. Sampai yang tempat yang terakhir Ia kunjungi
adalah sekolah darurat yang dikhususkan untuk anak-anak jalanan. Setelah
semuanya selesai Embun bergegas kembali kerumah. Dirumah sudah gelap menandakan
bahwa penghuninya sudah tidur. Embun masuk lewat pintu belakang. Tiba-tiba…
“Embun, kamu
darimana?” Tanya Papa
“Maaf Pa, Embun
telat pulang tadi ada urusan.”
“Urusan apa?
Emang kamu ga bisa ngabarin?”
“Handphone Embun
mati Pa jadi ga bisa ngabarin.”
“Kamu tuh ga
bisa banget ya dikhawatirin sama orangtua. Kalo kamu kambuh gimana siapa yang
repot?” Kata Papa dengan nada mulai tinggi
“Maafin Embun
Pa.”
Tiba-tiba Embun
merasa perutnya mulai sakit, dia hanya bisa memegang perutnya. Papanya panik
dan kemudian menggendong Embun masuk kedalam mobil. Semua penghuni rumah
terbangun dan bergegas ke Rumah Sakit. Embun koma selama 3 hari sampai akhirnya
dia sadar.
“Pa, maafin
Embun ya.” Kata Embun
“Maafin Papa
sayang udah keras sama kamu.”
“Gapapa kok. Pa,
Embun minta tolong ambilin baju yang ditukang jahit langganan kita boleh ga
Pa?”
“Boleh sayang.
Nanti sore Papa ambilin ya.”
“Iya Pa,
sekalian kabarin ke Anto ya Pa. suruh kesini.”
“Iya sayang.”
Sorenya, setelah
baju diambil Papanya Embun kembali ke Rumah Sakit.
“Mbun, ini baju
siapa? Kok seragaman gini?” Tanya Papa
“Nanti kalo Anto
udah dateng Embun jelasin ya Pa.”
Tak lama setelah
itu Anto datang dengan membawa satu bucket bunga mawar merah kesukaan Embun.
“Papa Mama Kak
Rama Anto, aku mau kalian ganti baju ini sekarang. Nanti aku juga ganti.” Pinta
Embun
“Buat apa Mbun?”
Tanya Kak Rama
“Udah ih pake
aja ga usah bawel.” Kata Embun
“Udah seragam
semua nih Mbun.” Kata Kak Rama
“Nah sekarang
kita foto ya. Embun sengaja bikin baju seragaman ini buat kita.”
Setelah foto
Embun meminta waktu untuk bicara berdua dengan Anto. Embun meluapkan apa yang
Ia rasakan saat jauh dari Anto. Dari menahan rindu sampai Ia harus selalu
menyimpan rasa was-was. Setelah itu Ebun mengeluarkan sebuah kotak dan
diberikannya kepada Anto.
“Anto, ini jam
yang kamu incer dari kemarin. Aku kemarin nyari ini susah juga loh.” Kata Embun
“Yaampun Mbun
kamu kenapa sih selalu kasih kejutan buat aku? Aku tuh ga bisa balesnya.”
“Aku ga butuh
balesan kamu kok. Cukup liat kamu tersenyum karena aku itu udah jadi balesan
yang terindah buat aku. Aku sayang sama kamu.”
“Embun aku juga
sayang sama kamu.” Kata Anto sambil memeluk Embun
Setelah 7 hari
dirawat akhirnya Embun diperbolehkan pulang. Embun diharuskan beristirahat
total. Karena bosan, saat Papa dan Mamanya pergi Embun memutuskan untuk pergi
mencari udara segar diluar. Tanpa Ia sadari hari sudah menjelang sore, Ia pun
bergegas pulang. Sesampainya dirumah perutnya kembali mengalami sakit yang luar
biasa, kali ini nafasnya pun ikut terasa sesak. Lalu… Bruk.. Embun pingsan. Kak
Rama yang mendengarnya langsung menggendong Embun masuk kedalam kamar. Setelah
Papa dan Mamanya pulang Embun masih tidak sadarkan diri. Kemudian Anto datang.
Tak lama setelah itu sahabat-sahabatnya Embun juga datang. Tiga jam tidak
sadarkan diri akhirnya Embun membuka matanya.
“Mbun, kalo
Embun mau pergi sekarang Mama ikhlas sayang. Daripada Embun harus selalu
ngerasa sakit.” Kata Mama sambil menangis
“Mbun, Mbun mau
apa sayang?” Tanya Papa
Mbun hanya diam
dan menunjuk sebuah benda yang ada diatas mejanya. Benda itu adalah sebuah DVD.
“Mbun, kalo
Embun udah ga kuat nahan rasa sakit Anto ikhlas kok negbiarin Embun pergi. Anto
janji akan tetep sayang sama Embun sampai kapan pun. Embun itu cewek terbaik
yang pernah Anto temui didalam hidup Anto.” Kata Anto sambil menangis
“Mbun, Embun
sayang kita ikhlas kok kalo Embun mau pergi sekarang. Kita juga ga tega liat
Embun harus disuntik dan minum obat terus-terusan.” Kata salah satu sahabat
Embun
“Dek, kakak
ikhlas kalo adek mau pergi. Kakak pesen adek sering-sering dateng ya kalo kakak
lagi kangen.” Kata Kak Rama
“Mbun mau
dibantu sayang?” Tanya Papa
Embun hanya
mengangguk, kemudian Papa membacakan dua kalimat Syahadat. Dan… Embun
menghembuskan nafas terakhirnya. Semua yang ada disitu menangis histeris,
terlebih Mamanya. Embun langsung dimandikan kemudian dimakam kan. Duka yang
dalam mengiri pemakaman gadis yang dikenal ceria itu. Seusai acara pemakaman
dan pengajian, Papa Mama Kak Rama dan Anto sama-sama melihat DVD yang diberikan
oleh Embun. Disitu ada rekaman bagaimana dia membahagiakan orang-orang
disekitarnya. Dan disitu Ia merekam dirinya sendiri untuk menyampaikan sesuatu.
“Hai nama aku
Embun, aku adalah gadis yang paling beruntung sedunia. Aku punya Mama Papa Kak
Rama dan Pacar yang paling setia Anto. Kalian tau aku dilahirkan dengan tugas
membahagiakan orang-orang disaat terakhirku. Kenapa aku bilang begitu? Karena
saat ini aku sedang mengidap sakit kanker pancreas. Jangan sedih, karena aku ga
sedih. Hihi Aku mau berterima kasih pada semua orang yang sudah menyayangiku.
Tanpa kalian aku ga akan bisa sekuat sekarang ini. Buat Mama Papa maaf karena
kalian harus kehilangan gadis cantik yang super unyu ini. Huhu buat Kak Rama
maaf ga bisa jailin kakak lagi. Dan untuk Anto maaf ga bisa cemburu lagi sama
kamu. Kalian semua adalah Anugerah terindah yang pernah Tuhan kasih buat aku.
Kalian itu semangat aku buat bertahan sampai titik ini. Seandainya aku pergi
jangan lupain aku ya. Karena aku paling ga bisa dilupain. Aku sayang sama
kalian semua. Maafin aku kalo aku punya banyak salah. Byeeeeee.”
Semua terharu
oleh video singkat yang Embun buat khusus untuk mereka. Kini Embun sudah tenang
di alam sana. Tidak ada lagi sakit yang harus dia rasakan. Tidak ada lagi tawa
ceria yang selalu Ia pancarkan. Yang ada hanyalah kenangan tentang “EMBUN”.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar