PERGAULAN MASA KINI
Perilaku Remaja jaman sekarang berbeda
jauh dengan dengan remaja tempo dulu yang suka malu-malu dan takut dengan
norma-norma dan aturan agama. Pergaulan bebas di jaman sekarang sudah bukan hal
yang dianggap tabu lagi bagi kalangan remaja. Sungguh merupakan hal yang tidak
bisa dipersalahkan lagi, karena remaja-remaja sekarang tidak mau dianggap ketinggalan jaman.
Indikasi keterlibatan remaja-remaja dalam
perilaku se*s bebas semakin terlihat. Setidaknya remaja yang sedang dimabuk
kasmaran, minimalnya mereka melakukan tindakan yang mengarah pada proses awal
sebelum terjadi penetrasi yang tidak layak mereka lakukan.
Pergaulan jaman dan lebih menyukai trend mode
dan mengikuti alur jaman yang semakin maju,jangankan di usia remaja, anak yang
baru menginjak Sekolah Dasar saja sudah mengerti apa itu berpacaran, bahkan
banyak dari anak SD tersebut yang sudah belajar untuk memadu kasih, ya biarpun
dalam istilahnya cinta monyet, tapi nantinya juga akan menjurus pada yang tidak
diharapkan, sungguh tragis.
Adegan berciuman merupakan bumbu dari berpacaran, kata mereka “berpacaran tanpa berciuman / cipokan akan terasa hambar dan tidak mempunyai makna tersendiri”.
Adegan berciuman merupakan bumbu dari berpacaran, kata mereka “berpacaran tanpa berciuman / cipokan akan terasa hambar dan tidak mempunyai makna tersendiri”.
Berawal dari adegan berciuman, pada umumnya
para remaja tidak bisa mengontrol diri karena mereka pada merasakan rangsangan
yang sangat kuat dari berciuman, saling raba-meraba dan akhirnya terjadi penetrasi.
Siapa yang rugi? Pasti kerugian akan diderita oleh sang wanita.
Sungguh mengkhawatirkan pergaulan remaja di
Indonesia saat ini. Indikasi keterlibatan mereka dalam perilaku se*s bebas
semakin terlihat. Minimal, mereka melakukan tindakan yang mengarah pada proses
awal sebelum terjadi penetrasi yang sangat tidak diharapkan.
Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor,
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mulainya berbagai adegan yang
mengarah pada urusan se*sual ini tidak lepas dari aktivitas pacaran dini.
Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12 tahun. Usia
ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan pacaran.
Penyebab Maraknya Pergaulan Bebas
Remaja Indonesia
Berdasarkan penelitian di berbagai
kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah
melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja
secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin
serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian
Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang
melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada
tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka
tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota
besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di
pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam
penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah
di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam
beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan
remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta
kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini
tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal
ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia
Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks
bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang
tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi
salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan.
Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan
pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak
menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker
mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun,
risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas,
kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari
kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam
itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan
keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks
bebas-terutama di kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan
unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan
selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih
terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri. Selain itu,
sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di
kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi,
tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan
sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan
melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak
orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak
sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe jarum super” alias
jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter.
Udah gedean dikit di sekolahin di sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai
agama. Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video
klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan
yang bikin deg-degan jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin
otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan
majalah yang memajang gambar sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar
bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di
sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan
inovatif.
Ada banyak sebab remaja melakukan
pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar
dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal
keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan
perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas & penggunaan
narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun kematian.
Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:
1. Sikap
mental yang tidak sehat
Sikap mental yang tidak sehat membuat
banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan
pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya
pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan
penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya
dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh,
menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa
dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka
merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian
dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya
pergaulan bebas.
2. Pelampiasan
rasa kecewa
Yaitu ketika seorang remaja mengalami
tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter
ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus(baik
dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan
yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam
sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan
mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan
bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
3. Kegagalan
remaja menyerap norma
Hal ini disebabkan karena norma-norma
yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.
C. Ciri-Ciri
Pergaulan Bebas
1.
Penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya
2.
Upaya mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dari
jalan yang haram dan keji
3.
Menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat
4.
Rasa ingin tahu yang besar
5.
Rasa ingin mencoba dan merasakan
6.
Terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung
jawab yang dihadapi.
7.
Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu ingin melawan, rasa
malas, perubahan dalam keinginan, ingin menunjukkan eksistensi dan kebanggaan
diri serta selalu ingin mencoba dalam banyak hal.
8.
Kesukaran yang dialami timbul akibat konflik karena keinginannya menjadi dewasa
dan berdiri sendiri dan keinginan akan perasaan aman sebagai seorang anak dalam
keluarganya.
9.
Banyak mengalami tekanan mental dan emosi.
10.
Terjerat dalam pesta hura-hura ganja, putau, ekstasi, dan pil-pil setan lain.
D. Dampak Dari Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan
yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di
dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks
bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan penyakit lainnya. Dan
pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang
dari segala segi.
Sumber :
1 komentar:
Blognya bagus ka,
kunjungi juga ya blog saya ka http://adihernawan.blogspot.co.id/
Posting Komentar